Mama Papua Sedang berjualan di Pasar Foto Ist |
Oleh: Andreas M. Yeimo
Mama Pasar adalah sebuah judul yang
dinnyakin oleh group Bend asal Papua “Gejolak.” Sebuah kisaran lagu ini berisi
tentang penderitaan yang di alami oleh mama-mama Papua, yang berjualan di
pinggiran troar jalan, dengan terik matahari yang panas di lokasi transaksi
jual beli. Harapan supaya pemerintah membuka mata dan segera mengetuk pintu hati, agar supaya bisa melihat derita mama-mama Papua.
Berikut ini lirik Lagu.
“Rasa sakit di dalam hati, bila koo traa
peduli kitorang, aku ini mau anak
mengapa kau begitu”
Hal yang sering membuat hati
seorang mama bahagia bukanlah harta melainkan aklak seorang anak yang mulia. Hamparan
hati mama Papua melonjong, impian dan doa mama Papua tidak di kabulkan, jaualan tidak di perhatikan dan tidak di lindungi
dengan Peraturan Daerah (Perda), tuan penguasa wilayah, mama Papua berjualan sebagai
tulang punggung keluarga dan membiyayai anak untuk sekolah.
“Pesan sudah mama kasitau berjualan di pinggir jalan, Pesan
sudah mama cerita, menahan Panas dan dingin”.
Kasih sayang tanpa mengaharapkan
balasan, serta tak akan terbalas adalah kasih sayang seorang mama,Membisu pilihn sejenak adalah sikap
balik anak pemerintah daerah terhadap
mama yang sedang berjualan di pinggiran trotoar jalan.
Dalam senyum mama sembunyikan letihnya
diterik matahari untuk keluargannya, derita siang dan malam menimpahmu, tidak
ada sedikit imbalan balas jasa yang
diberikan kepada mama-mama yang sedang berjualan di pinggiran Pasar.
“Kami mama-mama pasar, kami bukan
meminta-minta, ini hasil keringat kami,
bukan seperti dorang.”
Mama akan terus menyangi anaknya walaupun
anaknnya telah tumbuh dewasa, tetapi anak yang sudah dewasa dan sudah bekerja
belom tentu sanggup untuk membantu melihat mamanya yang sedang meminta tolong. Mama
Papua bukan seorang pengamen yang harus meminta-meminta, seperti mama-mama di
luar Daerah Papua. mama Papua berjualan dengan keringatnnya untuk membiyayai
kelaurga dan anaknnya untuk sekolah.
Papua kaya akan sumber daya
alamnya, namun bukan rakyat asli Papua yang memilikinya. Dapat diihat dalam
perkembangan Ekonomi di Papua, banyak toko,ruko,mall – mall, yang tidak
dimiliki oleh masyarakat pribumi yang
mempunyai tanah. Kenyataan saat ini, penderitaan yang dialami oleh mama – mama
pedagang asli Papua, sudah lama.
Mama – mama semakin terpinggirkan
oleh penghuni kekuasaan modal yang besar (Kapitalisme) dan selalu di siksa oleh
kaum Kolonialisme Indonesia. tidak ada
yang mampu melihat semua penindasan mama papua, tetapi selalu menutup mata terhadap mama-mama diwilayah
Papua. Pemerintah lebih mementingkan para pemilik modal yang punya uang banyak,
untuk memiliki hak ekonomi di tanah Papua di bandingkan memperhatikan derita
Negri mama-mama Papua.
Realita kehidupan di wilayah Papua
seakan sangat jauh dengan kehidupan di
kota-kota besar seperti Jakarta. Mama-mama di Papua dengan keadaan yang serba
sulit, karena terbatasnya fasilitas dan mahalnya barang-barang harus bertahan
seorang diri menjadi tulang punggung
keluarga.
Allah selalu punnya jawaaban
terbaik untuk doa anaknnya, kadang sebuah doa tak langsung mendapat sebuah
jawaban, kadang doa seorang tidak dapat di jawab dengan iya, karena Allah
selalu punnya rencanaa terbaik untuk anaknnya.
Semoga kita bisa sadar bersatu dan
melawan sistem, kapitalisme dan kolonialisme yang sedang
meraja lelah di wilayah Papua.
Selamatkan manusia Papua!!!
Penulis adalah Mahasiswa Papua Kuliah di Yogyakarta.