Foto: Ist Orang asli Papua.
Oleh: Andreas M. Yeimo
Papua adalah daerah di ujung timur Indonesia yang selama ini
masih menjadi perhatian publik nasional
dan internasional karena situasinya yang jauh dari kesan kondusif dan aman.
Dalam kenyataannya, penanganan
konflik Papua tidak berubah walaupun rezim telah beberapa kali berganti. Hal itu bisa dilihat
dengan belum adanya perubahan secara jelas terhadap kebijakan pusat setelah 50
tahun lebih integrasi Papua ke Indonesia (1).
Hingga kini penuntasan dugaan pelanggaran HAM di Papua tak
kunjung ada titik terang. Sering kita mendengar istilah depopulisasi orang
Papua asli. Artinya, sedang terjadi pengurangan atau penyusutan jumlah penduduk
orang Papua asli. Orang Papua asli makin berkurang di atas tanahnya sendiri (2).
Apa sebabnya? Siapa bertanggung jawab? Apa yang perlu
dilakukan supaya orang Papua asli berkembang dan memenuhi negerinya, tanah
Papua?
Saat ini, orang Papua asli makin berkurang. Bukan hanya
berkurang dari segi jumlah, tetapi juga dari segi kualitas hidup yang sangat
memprihatinkan. Jim Elmslie dalam bukunya “West Papuan Demographic Transition
and The 2010 Indonesia Census” menyebutkan bahwa saat ini orang Papua asli di
Papua dan Papua Barat berjumlah 3.612.854 jiwa. Dia membandingkan tahun 1971
orang Papua asli berjumlah 887.000 jiwa. Pada tahun 2000, orang Papua asli
berjumlah 1.505.405 jiwa. Berdasarkan data ini, dia menyimpulkan bahwa
pertumbuhan orang Papua asli hanya 1,84% per tahun.
Data di atas dianalisis dan diterbitkan tahun 2010 silam.
Sekarang sudah tahun 2017. Berapa jumlah orang Papua asli? Belum ada data
pasti. Kita semua belum memiliki data valid tentang jumlah orang Papua asli.
Bahkan data yang dikemukakan oleh Jim patut diuji kembali. Jangan sampai justru
orang Papua lebih sedikit dari yang dipaparkan dalam data tersebut. Kita perlu
mengumpulkan, mencermati, dan menganalisis berbagai peristiwa terkait
depopulasi orang Papua asli. Hal ini sangat penting, jangan sampai kelak, orang
Papua punah di atas tanahnya.
Atas nama keamanan Negara Indonesia, banyak orang Papua yang
mati terbunuh. Kita tidak bisa menyangkal bahwa aparat keamanan Indonesia
membunuh orang Papua. Contoh paling sederhana adalah peristiwa pembunuhan empat
pelajar di Paniai, 8 Desember 2014 silam. Masih terlalu banyak kasus serupa.
Kekerasan dan pembunuhan terhadap orang Papua asli atas nama negara Indonesia
menjadi salah satu sebab orang Papua asli tidak berkembang.
Di tengah berbagai
permasalahan tersebut, tanah Papua juga dibanjiri oleh orang pendatang. Sejak
tahun 1960-an pemerintah Indonesia sudah mengklaim Papua sebagai miliknya
sehingga mengirim penduduk luar ke tanah Papua. Pada rezim Orde Baru, saat
Soeharto berkuasa, program transmigrasi dilakukan secara masif. Pada era
Reformasi ini, seiring kemajuan transportasi dan komunikasi, orang luar
berbondong-bondong ke Papua. Setiap hari pelabuhan laut dan bandara udara penuh
sesak oleh masuk-keluarnya orang pendatang. (3)
Menyimak realitas orang Papua asli yang makin sedikit ini,
kita bertanya, “Siapa bertanggung jawab atas situasi ini?” Apakah pemerintah
Provinsi Papua yang harus bertanggung jawab? Apakah Dewan Adat Papua yang harus
bertanggung jawab? Atau siapa yang harus bertanggung jawab? Masalah depopulasi
orang Papua asli harus menjadi tanggung jawab semua pihak, baik pemerintah
Provinsi Papua, pemerintah kabupaten/kota, tokoh-tokoh adat, agama, pemuda dan
segenap orang Papua asli dan semua warga masyarakat yang tinggal di tanah Papua.
Semua komponen perlu duduk bersama dan membicarakan secara serius terkait
pertumbuhan dan perkembangan orang Papua asli.
Kalau semua komponen sudah berjumpa dan berbicara, apa yang
perlu dilakukan sebagai gerakan bersama untuk menyelamatkan orang Papua asli
dari kepunahan.
Kita berharap
melalui proses internalisasi dan rekonsiliasi internal orang Papua asli, dapat
dimulai suatu gerakan bersama untuk menyelamatkan orang Papua asli dari
kepunahan. Masa depan Papua tetap ada di tangan orang Papua asli. Tidak ada
satu pun manusia dari luar yang bisa mengatur orang Papua asli, selain orang
Papua asli harus mengatur dirinya sendiri. Untuk bisa mengatur diri, orang
Papua harus kembali ke dalam dirinya sendiri, rumah adat, adat dan budaya,
bahasa, tanah, air, udara, hutan dan leluhur. Semua harus bersatu untuk
mengangkat harkat dan martabat orang Papua asli sekaligus menyelamatkannya dari
kepunahan.
Andreas M. Yeimo, Penulis lepas Tinggal di Yogyakrta
Referensi:
(1).https://www.academia.edu/9997852/Studi_Kasus_Pelanggaran_Hak_Asasi_Manusia_di_Papua
(2). http://tabloidjubi.com/m/artikel-1980-tidak-ada-titik-terang-penyelesaian-pelanggaran-ham-papua-di-dalam-negeri.html
(3). http://www.kompasiana.com/petruspitsupardijilung/orang-papua-asli-makin-sedikit-siapa-peduli_56eb611aba9373ff0a24f57e