Oleh: Andreas M.
Yeimo
Sebuah Refleksi Terhadap Pengaturan, Manajemen Perekonomian
di Tanah Papua .
Perekonomian yang hancur diatas kekyaan alam Papua yang
kaya, di sebabkan oleh pengaturan manajeman yang hancur. Banyak sekali kakayaan
alam Papua yang di telang oleh orang tak di kenal, yaitu kaum Kapitalisme dan
Kolonialisme. Kakayan di ambil berupa, kekayaan alam yang berada di Lautan dan
yang berada di Daratan Bumi cendrawasih.
Kekayaan Alam di bidang perekonomian yang , diambil oleh
orang tak di kenal bukan karena masyarakat Papua buta, atau membiarakan
perekonomian begitu saja, tetapi pengaturan manajerial Pemerintahaan Daerah
yang fakum dan lemah, sehingga orang tak kenal bisa masuk pada malam hari,
bagaikan pencuri yang masuk untuk mrngambil kakayan alam orang Papua.
Disamping perampasan hak kekyaan alam juga, pemerintah
Daerah setempet , salah mengatur Fungsi Manajemen dalam perekonomian di tanah
Papua. Contohnya mama-mama Papua yang sedang berjualan di bawa trotoar pasar
yang penuh dengan sampah. Bahkan orang-orang pendatang yang berdagangan di
pasar, malah mereka berjualan diatas trotoar tempat penjualan yang di sediakan
oleh pemerintah.
Apa beda tinggkat Strasifikasi Sosial terhadap mama-mama
Papua dan ibu-ibu pendatang yang berjualan di tanah Papua. Strasifikasi yang
berbeda hanya ras mereka yang berbeda, tetapi tujuan utama dari kedua penjual,
yang berbeda ras itu, sama untuk membiyayai anaknya yang sedang menempuh pendidikan,
serta kepentingan keluarga mereka. Yang lebih menyakitkan lagi, Perekonomian
Asean Pasar Bebas 2015 yang akan masuk di Bumi Cendrawasi, akan menindas rakyat
jelata yang sedang menderita diatas tanah airnya sendiri.
Beberapa Fungsi Manajemen Perekonomian yang Seharusnya
Manajer, jalankan di Tanah Papua
Ada lima fungsi manajemen perekonomian yaitu: Planning,
Organising, Stafing, Actuating , dan Controling. Lima fungsi manajeman ini
merupakan, pondasi dalam pembangunan perekonomian di perusahaan suatu Daerah.
Tanpa lima fungsi organisai ini maka suata, perusahaan akan hancur dan akan
rubuh kembali karena tidak ada pondasi di dasar rumah.
Manajemen Perekonomian di tanah Papua Fakum karena tidak ada
seorang putra daerah, yang peduli terhadap tanah airnya hanya mementingkan
kepentingan kesejahtraan pribadi diatas tanah Papua.
Mama-Mama Papua Yang Tertindas, Berjualan di Pinggiran Jalan
Penderitaan yang di derita tanpa di sadari, oleh diri
sendiri, adalah penderitaan yang akan membunuh karakter diri sendiri, dan
karekter diri orang lain. Mama-mama Papua yang berjualan dibawa trotoar tempat
penjualan, adalah perbuatan yang tak disadari oleh banyak kaum pelajar dan kaum
tak pelajar.
Mata pemerintahaan Daerah tertutup terhadap ibunya yang
sedang berdagang di terik matahari hari yang panas, di tambah dengan bau sampah
yang yang meraja lela. Mama, kau berjuang demi mensukseskan pendidikan anaknya
di Negri ini, tetapi anaknya yang sukses di bidang pendidikan tidak pernah
memperhatikan ibunya yang sedang di tindas.
Fakta di balik penindasan yang berlalu tiap menit, detik,
jam, hari, bulan, dan tahun yang tak dirasakan oleh, masyarakat pribumi di bawa
tali penjaja.
Perekonomian ASEAN Pasar Bebas 2015, akan Menguasai Tanah
Papua
Sistim manajerial yang lemah dan fakum di Papua, akan
terjadilah suatau dampak besar, akan merugikan bagi kebanyakan masyarakat adat
Papua. Contohnya Asean Pasar Bebas 2015 yang akan menduduki di atas tanah
Papua.
Tak seorang masyarakat adat hak pemilik wilyah akan menahan
wilayahnya sebagai tempat untuk berkebun dan berburu, tetapi hak wilayahnya
akan di ambil dan di gunakan oleh orang tak di kenal untuk perekonomian bebas.
Demi kepentingan pribadi mereka, diatas Bumi Cendrawasi.
Kami orang Papua kaya dengan Perekonomian, tetapi miskin
diatas tanahnya sendiri. Maka pemerintah yang yang sedang menduduki di bangku
perekonomian setempat, harus membuka mata untuk melihat rakyat yang sedang
tertindas terutama di bidang perekonomi di tanah Papua.
Papua ingin bebas, bagaikan burung rajawali yang terbang
bebas di udara, untuk menikmati kakayaan ekonomi sendiri. Maka Kapitalis kau,
jangan menjadi kabut di siang hari, yang akan menghalang aku untuk terbang
bebas.
Penulis adalah Mahasiswa
Papua Kuliah di Yogyakarta