Oleh, Andreas M.
Yeimo
Papua merupakan salah satu daerah yang peredaran uang logam
yang sangat rendah, jika dibandingkan dengan penggunaan uang logam di pulau
Jawa yang sangat tinggi peredarannya. Lebih parahnya lagi, uang logam sudah
tidak dipergunakan di beberapa kabupaten di Papua. Contohnya di kabupaten yang
ada di Pegunungan Tengah Papua sudah tidak digunakan lagi.
Uang logam merupakan salah satu dasar negara yang sudah
terbentuk sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia ini terjadi. Apakah pemerintah
di Papua sengaja membiarkan hal seperti begini?
Mungkin fenomena ini pantas ketika bank di Papua hanya satu
saja. Tetapi di Papua sudah begitu banyak bank.Contohnya: Bank Papua, Bank
Mandiri, Bank BRI, Bank Danamon dan masih ada bank lain yang ada di tanah
Papua. Mengapa perederan Uang Logam di Papua sangat sedikit? Apakah Uang Logam
sudah habis di bank-bank yang ada di Papua?.
Berangkat dari cerita pengalaman penulis di Papua yaitu
ketidakpuasan yang terjadi antara penjual dan pembeli barang. Ketika saya
membeli barang milik penjual dengan harga Rp 1500 dan saya pembeli memberikan
uang Rp 2000, tetapi penjual mengembalikan bukan dalam bentuk Uang Logam, yang
Rp 500. Penjual mengembalikan dalam bentuk barang, misalnya permen 2 bungkus.
Seharusnya pembeli punya hak untuk menerima uang kembali tersebut supaya antara
penjual dan pembeli itu terjadi kepuasan.
Bagaimana ketika pembeli membutuhkan Uang Logam sebesar Rp
500 tersebut untuk membeli barang konsumen yang lain. Malah diberikan sebungkus
permen, dan Uang Logam limaratusnya itu dikemanakan? Sedangkan dalam teori
kepuasan konsumen harus dipenuhi oleh pembeli sebagaimana pembeli mempunyai
haknya untuk menerima uang kembali.
Menurut Teori Kepuasan Konsumen Komplemen sempurna adalah
kasus dimana dua barang yang saling melengkapi. Dan dalam kasus ini substitusi
dari barang yang lainnya adalah nol, karena ketika barang satunya tidak ada,
maka kepuasan yang ia miliki tidak akan terganti. Contohnya adalah sepatu,
ketika sepatu kanan hilang, maka ia tidak akan bisa digantikan dengan memiliki
2 sepatu kiri begitu juga sebaliknya dengan kepuasan mata uang logam yang
beredar.
Uang Logam hanya beredar di daerah yang nilai mata uangnya
tinggi, sedangkan Uang Logam tidak beredar di daerah yang nilai mata uangnya
rendah/lemah. Pemerintah setempat harus memperhatikan peredaran Uang Logam di
daerahnya masing-masing demi memuaskan antara pembeli dan penjual di Tanah
Papua.
Penulis adalah
Mahasiswa Papua, Kuliah di Yogyakarta.
Tulisan ini Sudah Perna di muat
Pada Media: http://majalahselangkah.com/content/uang-logam-tidak-dipergunakan-di-beberapa-kabupaten-di-papua-mengapa-