Foto ist
Oleh: Andreas M. Yeimo
Tak terasa sudah akhir
pekan, hari sabtu, lihat jadwal kuliah, sisa 2 SKS
(Sitem Kredit Semeste) waktu sudah Pukul, 08:40 WIB, jam
untuk memulai perkulian baru dimulai.
Mata kuliah hari ini
Pendidikan Kewarnegaraan. Dosen memulai dengan menjelaskan
sebuah materi, dengan sub pokok pembahasan “ Identitias
Kepribadian Dalam Negara Indonesia.”
Pemaparan materi dari dosen
kepada masisiwa mulai berlangsung, materi tersebut di jelaskan
menggunakan sistem Induktif ke Deduktif, yang artinya
dosen menjelaskan permaslahan negara yang besar, hingga membahas
permasalahan negara yang kecil.
Dosen memberi contoh
“Di negara kami Indonesia ada dua rumpun
yang menduduki negara ini yaitu rumpun Melayu dan rumpun
Negroid.” Kata dosen saat menjelaskan materi Kewarganegaraa
tersebut.”
Dalam ruang kelas
tersebut, ada seorang pria yang bernama Sampri, yang juga
ikut mengampuh mata kuliah Pendidikan Pancasila. Ternyata
Sampari tersebutlah yang di bilang ras Negroid, karena
rambutnya keriting dan kulitnya hitam, yang berasal dari
Papua.
“Saya ini ras
Melanesia, bukan Negroid atau berkulit Sawo Mateng.” Ujar
perasaan Sampari, yang tidak sempat menutur perasaanya di
dalam ruang kelas.
Dosen melirik lalu
melampirkan, beberapa pertanyaan kepada Sampari:
Dosen: “ Maas kamu yang
dari Papua, Nama mu siapa??
Sampari: “Saa puu nama
Sampari !!!”
Dosen: “Sampari itu
pemberian dari nama Baptis atau pemberian nama adat setempat??”
tanya balik dosen dengan irama nada yang tegas.
Sampari: “Sampari itu
nama Binting Kejora pake Bahasa daerah Biak”
Dosen: “Manusia
kook pake nama Bintang sii??”
Sampari: “Ia karena saya
lahir tanggal 1 Desember 1996, dimana orang Papua memperingati
hari lahirnya Bintang Kejora, makanya kedua orang tua, kasih
nama saya sampari.” Ujarnya dengan tutur yang tegas.
“ Topik perbincangan
semakin memanas, materi yang dosen bahas tetang Ras tersebut, suu
traa jadi, karena panasaran, dengan hari
kelahirnya sampari yang bertepatan dengan hari lahirnya Sang
Bintang Kejora.” Percakapan terus berlanjut.
Dosen: “Kau biasa
melihat OPM yang baku tembak denga TNI di Papua atau tidak??”
Sampari: “Ia Hampir tiap
Bulan saa pernah Melihat berbagai macam Kasus pembunuhan
yang di lakukan oleh TNI dan POLRI terkait dengan Pelanggaran
HAM yang tak pernah di selesaikan oleh negara ini.”
Dosen: “ Kalau begitu kau
juga termasuk OPM yaaa??”
Sampari: “ Saya Bukan OPM
(Organisasi Papua Merdeka), Teroris, Pengacau, tetapi
indentitas saya jelas Mahasiswa Papua. Kalau saya OPM, pasti
saya berda di hutan rimba raya , pergi bergerilyawan, menuntut
Revolusi total di Tanah Papua.”
Dosen: “Kau ingin Papua
merdeka atau tidak?”
“Sampari tiba-tiba diam,
merenung dan ingat kembal kata Sang Revolusioner asal tanah
Papua, Filep Karma, dalam bukunya yang berjudul Seakan Kitorang
Setengah Binatang sempat mengutip bahwa “
Kalau Kau orang ingin Papua merdeka, katakan kepada orang lain
saya ingin Papua merdeka.” Tak sabar sampari
inging menjawab pertannya dosen, sesuai dengan pesan filep.
Sampari:”Saya Ingin Papua
Merdeka.”
Dosen: “Kenapa kau ingin
Papua lepas dari NKRI (Negara Kesatauan Republik Indonesia).
Sementara ini NKRI memberi uang yang begitu
besar yaitu otsus (Otonomi Khusus) kepada Papua, seandainya kau
selesai kuliah dari sini, kau pulag ke Papua jadi PNS
(Pegawai Negri Sipil) nanti kau bisa nikmati uang tersebut ,
kau bisa biyaya keluarga, membeli rumah, mobil dll.”
Wajah sampari Melotot
dosen tak menanggapi pertannyaan dosen yang sekakan menipu perasaan
sampari, dengan uang (KAPITAL).” akhirnya percakapan
pun berakhir.
****.
Seorang diri terasa
Asing, karena Samparilah yang menjadi objek dari sumber
informasi di tengah teman-teman yang berkuit, Sawo Mateng di
dalam ruang kelas.
Seandainya saya pun orang
Indonesia, yang berkulit Sawo Mateng, yang bisa berbahsa
Jawa, pasti dosen tidak tannya saya, seperti pertannya
diatas.” Ujir Sampari yang tersimpan di benak
pemikirannya.
Sampari sempat
mengungkapakan, di sela-sela kekecewaan dirinya terhadap dosen yang
menkotak kotakkan Indonesia dan Papua.
“ Hari ini saya menang
dalam ruang kelas, karena saya bisa mengungkapkan sama
dosen dan teman-teman di dalam ruang kelas, bahwa PAPUA INGIN
MERDEKA.”tututur sampari dengan senyum.
Waktu sudah pukul: 10:20
WIB. jam mata kuliah kewarganegaraan yang 2 SKS itu berakhir,
dosen menutup perkuliahan denga doa dan memberi sapaan kepada
mahasiswa, “Sampai jumpa lagi Minggu depan.” Ujar dosen
menutup pertemuan hari itu.
Sekian dan Terimah kasih
...............TAMAT..............
Penulis adalah Mahasiwa
Papua Kuliah di Yogyakarta