Foto Ist: Rakyat di Afrika Selatan.
Semasa apartheid
bercokol, pawai duka telah dicetuskan para pemimpin rakyat Afrika Selatan
berkulit hitam. Dalam kenyataan, pawai duka telah mampu menjadi sebuah saluran
yang efektif untuk menyatukan massa, sehingga persatuan mulai tampak, yang menjadikan
langkah mereka semakin cepat menuju garis akhir.
Sebelumnya,
baiklah dijelaskan dulu, apa yang dimaksud dengan pawai duka. Rakyat Afrika
Selatan yang berjuang menentang aparheid sering diperlakukan sewenang-wenang.
Banyak di antara mereka, terutama para pemimpinnya yang ditanggkap, disiksa,
bahkan dibunuh. Ketika salah satu dari antara anggota masyarakat Afrika Selatan
berkulit hitam berambut keriting yang ketika itu menjadi korban aparheid dibunuh, maka semua rakyat
berkumpul, dan melakukan acara penguburan bersama.
Sebelum
dikubur, mereka akan mengarak jenasah keliling kota. Hal inilah yang kemudian
dinamai pawai duka. Banyak manfaat yang mereka peroleh, berkenaan dengan
perjuangan mereka menumbangkan Aparheid.
Media Pemersatu
Ketika pawai
duka dilaksanahkan, semua elemen rakyat dari besar hingga kecil, dari tua
hingga muda, semua digerakkan untuk berkumpul, bersama mengarak jenasah
keliling kota berjalan kaki, dan kemudian memakamkannya bersama-sama disertai
penghormatan.
Dengan cara
seperti di atas, para pemimpin perjuangan Afrika Selatan yang menentang
Aparheid telah mampu menyatukan emosi rakyat yang dipimpinnya sebagai satu
kesatuan yang tak terpisahkan. Dengan ikut hadirnya rakyat dalam pawai duka,
dan balasan teriakan atas yel-yel atau nyanyian perjuangan yang dinyanyikan
bersama-sama lambat laum membuat mereka semakin merasa bahwa mereka adalah satu: bersama-sama mengalami
ketidak adilan, pembunuhan (seperti teman mereka yang jenasahnya mereka
arakkan) dan berbagai macam pelecehan atas hak-hak dasar mereka, hak asasi
mereka sebagai sekelompok manusia yang sama dengan manusia lain.
Ketika rakyat
menyadari akan hal ini, mereka akan
lebih cepat merespon pidato dan orasi
pembangkit semangat oleh para pemimpinnya. Dan hal inilah yang terjadi di
Afrika Selatan. Rakyat dari berbagai penjuru datang, dan bersama-sama
mengarak-arakkan jenasah, sambil berorasi, bernyanyi dan meneriakkan yel-yel.
Hal ini membuat mereka saling mengenal, saling meneguhkan dan akhirnya menuntun
mereka sampai pada saat dimana mereka menyadari bahwa mereka adalah satu
kelompok manusia yang sedang diperlakukan tidak adil.
Dari sini,
mereka akan dengan sadar menyatukan berisan perjuangan, dan melawan penindasan
tersebut.
Media Diplomasi dan Penyampaian Semua Bentuk Penyimpangan
Bayangkan. Bila
ketika itu di Afrika Selatan tidak ada pawai duka, dunia luar tidak akan pernah
tahu, bahwa di Afrika Selatan, banyak orang sedang dibunuh, akibat politik
Aparheid. Namun, dengan pawai duka, dan perarakan jenasah keliling kota menarik
semua wartawan yang ada, tak terkecuali, wartawan dari luar negeri.
Walau disana ada pelarangan peliputan berita,
namun beberapa wartawan luar negeri tertarik dengan pawai duka tersebut, dan
meliput pawai duka. Hasilnya, mata dunia terbuka lebar dan berkata: “betul, di
Afrika Selatan, sedang terjadi pelanggaran HAM terhadap kelompok masyarakat berkulit
hitam, penduduk pribumi Afrika Selatan
dalam segala hal oleh kulit putih minoritas yang menguasai daerah Afrika
Selatan dan menerapkan politik Aparheid.”
Mata dunia
terbuka, dan semakin banyak simpati dari negara-negara muncul. Ini cikal bakal
yang sangat baik bagi perjuangan rakyat Afrika Selatan. Akhirnya, setiap ada
pawai duka, setiap itu pula wartawan meliput, dan semakin menguatkan opini
dunia, bahwa di Afrika Selatan ada pelanggaran HAM. Dan simpati dan dukungan
terhadap perjuangan mereka pun mulai muncul.
Mereka telah
efektif melawan blokade informasi, dalam bentuk pelarangan wartawan asing
meliput dengan sempurna, dengan pawai duka, dan kerjasama pers.
Media Pembangkit Semangat
Pawai duka
telah terbukti berhasil menyalakan api perlawanan, sampai pada kebebasan merka
dari politik Aparheid yang diterapkan mereka.
Di belawah dunia manapun, angkatan muda dengan semangat mudanya adalah
satu kekuatan tersembunyi yang sewaktu-waktu dapat dibangkitkan. Mereka punya
semangat magis. Bila dengan cerdik semangatknya dinyalakan, mereka kan berjuang
sampai titk darah penghabisan.
Pawai duka
telah menjadi ajang para pemimpin membangkitkan semangat angkatan muda. Ketika
mereka bernyanyi bersama, berjalan kaki mengarak jenasah bersama, meneriakkan
yel-yel bersama, dan akhirnya disentuh dengan sentuhan semangat melalui
kata-kata dan ungkapan penyemangat oleh pemimpin, emosi dan semangat mereka
segera menyala.
Para pemimpin
perjuangan Afrika Selatan telah berhasil membangkitkan semangat angkatan muda,
salah satunya adalah melalui pawai duka.
Penutup
Selain ketiga
manfaat di atas, ada beberapa manfaat lainnya yang menjadi tiang-tiang
penyokong perjuangan rakyat Afrika Selatan menentang Aparheid di negeri mereka.
Dengan mempelajari sejarah mereka, juga cara dan strategi yang dibuat para
pemimpin perjuangan, kita akan dengan mudah mengetahui gambaran perjuangan
mereka.
Namun, yang
perlu diketahui adalah bahwa Pawai duka tersebut mereka pusatkan di perkampungan
milik warga kulit hitam Afrika Selatan. Pawai duka pertama hanya dalam batasan
wilayah kekuatan mereka. Ketika mereka telah merasa kuat, telah bersatu, dan
merasa telah bangkit semangatnya, barulah mereka secara berlahan bergerak ke
pusat-pusat perkotaan yang dikuasai warga kulit putih.
Satu hal yang perlu
diketahui adalah, dengan pawai duka, mereka berhasil menjadi satu kekuatan
penuh. Dan ketika mereka telah menjadi satu kesatuan kekuatan, banyak hal yang
dapat dilakukan.
Salah satu
strategi perjuangan mereka yang lahir adalah, dengan tidak membeli satu buah
permen karet pun dari pedangan berkulit putih. Mereka menerapkan diskriminasi
pembelian. Mereka hanya membeli hasil penjuangan dan produksi dari mereka
sendiri, antar sesama kulit hitam.
Ini sangat
efektif. Dalam satu minggu, banyak perusahaan besar gulung tikar. Ekonomi
Afrika Selatan porak poranda. Lantas, apakah warga kulit hitam yang menerapkan
taktik diskriminasi pembelian salah? Yang jelas tidak! Mereka tidak menyalahi
hukum. Bukankah setiap orang berhak menentukan dimana ia membeli sesuatu?
Lagi lagi
persatuan adalah kuncinya. Pawai duka mempersatukan rakyat, menjadi media
pembangkit semangat, dan menjadi cara mereka tuk membuka mata dunia melihat
realita yang terjadi. Diskriminasi pembelian membuat pemerintah rezim Aparheid
di Afrika Selatan bimbang. Inilah cara mereka menentang Aparheid. Semoga
berguna!
)* Aktivis Papua, tinggal di Yogyakarta, dari
berbagai sumber.