photo anigifklll_zps3axosl7h.gif
» » Pawai Duka

Pawai Duka

Penulis By on Tuesday 2 August 2016 | No comments

Foto Ist: Rakyat di Afrika Selatan.


Semasa apartheid bercokol, pawai duka telah dicetuskan para pemimpin rakyat Afrika Selatan berkulit hitam. Dalam kenyataan, pawai duka telah mampu menjadi sebuah saluran yang efektif untuk menyatukan massa, sehingga persatuan mulai tampak, yang menjadikan langkah mereka semakin cepat menuju garis akhir.

Sebelumnya, baiklah dijelaskan dulu, apa yang dimaksud dengan pawai duka. Rakyat Afrika Selatan yang berjuang menentang aparheid sering diperlakukan sewenang-wenang. Banyak di antara mereka, terutama para pemimpinnya yang ditanggkap, disiksa, bahkan dibunuh. Ketika salah satu dari antara anggota masyarakat Afrika Selatan berkulit hitam berambut keriting yang ketika itu menjadi korban  aparheid dibunuh, maka semua rakyat berkumpul, dan melakukan acara penguburan bersama.

Sebelum dikubur, mereka akan mengarak jenasah keliling kota. Hal inilah yang kemudian dinamai pawai duka. Banyak manfaat yang mereka peroleh, berkenaan dengan perjuangan mereka menumbangkan Aparheid.

Media Pemersatu
Ketika pawai duka dilaksanahkan, semua elemen rakyat dari besar hingga kecil, dari tua hingga muda, semua digerakkan untuk berkumpul, bersama mengarak jenasah keliling kota berjalan kaki, dan kemudian memakamkannya bersama-sama disertai penghormatan.
Dengan cara seperti di atas, para pemimpin perjuangan Afrika Selatan yang menentang Aparheid telah mampu menyatukan emosi rakyat yang dipimpinnya sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dengan ikut hadirnya rakyat dalam pawai duka, dan balasan teriakan atas yel-yel atau nyanyian perjuangan yang dinyanyikan bersama-sama lambat laum membuat mereka semakin merasa bahwa  mereka adalah satu: bersama-sama mengalami ketidak adilan, pembunuhan (seperti teman mereka yang jenasahnya mereka arakkan) dan berbagai macam pelecehan atas hak-hak dasar mereka, hak asasi mereka sebagai sekelompok manusia yang sama dengan manusia lain.

Ketika rakyat menyadari akan hal ini,  mereka akan lebih cepat merespon pidato  dan orasi pembangkit semangat oleh para pemimpinnya. Dan hal inilah yang terjadi di Afrika Selatan. Rakyat dari berbagai penjuru datang, dan bersama-sama mengarak-arakkan jenasah, sambil berorasi, bernyanyi dan meneriakkan yel-yel. Hal ini membuat mereka saling mengenal, saling meneguhkan dan akhirnya menuntun mereka sampai pada saat dimana mereka menyadari bahwa mereka adalah satu kelompok manusia yang sedang diperlakukan tidak adil.

Dari sini, mereka akan dengan sadar menyatukan berisan perjuangan, dan melawan penindasan tersebut.

Media Diplomasi dan Penyampaian  Semua Bentuk Penyimpangan
Bayangkan. Bila ketika itu di Afrika Selatan tidak ada pawai duka, dunia luar tidak akan pernah tahu, bahwa di Afrika Selatan, banyak orang sedang dibunuh, akibat politik Aparheid. Namun, dengan pawai duka, dan perarakan jenasah keliling kota menarik semua wartawan yang ada, tak terkecuali, wartawan dari luar negeri.

Walau disana ada pelarangan peliputan berita, namun beberapa wartawan luar negeri tertarik dengan pawai duka tersebut, dan meliput pawai duka. Hasilnya, mata dunia terbuka lebar dan berkata: “betul, di Afrika Selatan, sedang terjadi pelanggaran HAM terhadap kelompok masyarakat berkulit hitam, penduduk pribumi Afrika Selatan  dalam segala hal oleh kulit putih minoritas yang menguasai daerah Afrika Selatan dan menerapkan politik Aparheid.”

Mata dunia terbuka, dan semakin banyak simpati dari negara-negara muncul. Ini cikal bakal yang sangat baik bagi perjuangan rakyat Afrika Selatan. Akhirnya, setiap ada pawai duka, setiap itu pula wartawan meliput, dan semakin menguatkan opini dunia, bahwa di Afrika Selatan ada pelanggaran HAM. Dan simpati dan dukungan terhadap perjuangan mereka pun mulai muncul.

Mereka telah efektif melawan blokade informasi, dalam bentuk pelarangan wartawan asing meliput dengan sempurna, dengan pawai duka, dan kerjasama pers.

Media Pembangkit Semangat
Pawai duka telah terbukti berhasil menyalakan api perlawanan, sampai pada kebebasan merka dari politik Aparheid yang diterapkan mereka.  Di belawah dunia manapun, angkatan muda dengan semangat mudanya adalah satu kekuatan tersembunyi yang sewaktu-waktu dapat dibangkitkan. Mereka punya semangat magis. Bila dengan cerdik semangatknya dinyalakan, mereka kan berjuang sampai titk darah penghabisan.

Pawai duka telah menjadi ajang para pemimpin membangkitkan semangat angkatan muda. Ketika mereka bernyanyi bersama, berjalan kaki mengarak jenasah bersama, meneriakkan yel-yel bersama, dan akhirnya disentuh dengan sentuhan semangat melalui kata-kata dan ungkapan penyemangat oleh pemimpin, emosi dan semangat mereka segera menyala.

Para pemimpin perjuangan Afrika Selatan telah berhasil membangkitkan semangat angkatan muda, salah satunya adalah melalui pawai duka.

Penutup
Selain ketiga manfaat di atas, ada beberapa manfaat lainnya yang menjadi tiang-tiang penyokong perjuangan rakyat Afrika Selatan menentang Aparheid di negeri mereka. Dengan mempelajari sejarah mereka, juga cara dan strategi yang dibuat para pemimpin perjuangan, kita akan dengan mudah mengetahui gambaran perjuangan mereka.

Namun, yang perlu diketahui adalah bahwa Pawai duka tersebut mereka pusatkan di perkampungan milik warga kulit hitam Afrika Selatan. Pawai duka pertama hanya dalam batasan wilayah kekuatan mereka. Ketika mereka telah merasa kuat, telah bersatu, dan merasa telah bangkit semangatnya, barulah mereka secara berlahan bergerak ke pusat-pusat perkotaan yang dikuasai warga kulit putih.

Satu hal yang perlu diketahui adalah, dengan pawai duka, mereka berhasil menjadi satu kekuatan penuh. Dan ketika mereka telah menjadi satu kesatuan kekuatan, banyak hal yang dapat dilakukan.

Salah satu strategi perjuangan mereka yang lahir adalah, dengan tidak membeli satu buah permen karet pun dari pedangan berkulit putih. Mereka menerapkan diskriminasi pembelian. Mereka hanya membeli hasil penjuangan dan produksi dari mereka sendiri, antar sesama kulit hitam.

Ini sangat efektif. Dalam satu minggu, banyak perusahaan besar gulung tikar. Ekonomi Afrika Selatan porak poranda. Lantas, apakah warga kulit hitam yang menerapkan taktik diskriminasi pembelian salah? Yang jelas tidak! Mereka tidak menyalahi hukum. Bukankah setiap orang berhak menentukan dimana ia membeli sesuatu?

Lagi lagi persatuan adalah kuncinya. Pawai duka mempersatukan rakyat, menjadi media pembangkit semangat, dan menjadi cara mereka tuk membuka mata dunia melihat realita yang terjadi. Diskriminasi pembelian membuat pemerintah rezim Aparheid di Afrika Selatan bimbang. Inilah cara mereka menentang Aparheid. Semoga berguna!


)* Aktivis Papua, tinggal di Yogyakarta, dari berbagai sumber.
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya