Foto Ist: Paniai Berdarah
Oleh: Andreas M. Yeimo
Menghabiskan nyawa manusia tidak sesulit menciptakan dan
mencetak manusia, tragedi terus terjadi diatas mimbar kebebasan manusia Papua. Deret peristiwa
pembunuhan pelajar Papua, yang terjadi dari tahun 2013, 2014,2015 dan 2016
merupakan, gagalnya Indonesia melindungi rakyat sipil terutama, pelajar yang
sedang mengenyam pendidikan di
tanah Papua.
Mengapa Satuan Militer Indonesia tembak mati pelajar orang
asli Papua? Apa generasi bangsa saat ini
yang sedang mengenyam pendidikan sangat tidak penting untuk untuk masa
depan Bangsa? apakah rentetan peristiwa yang selam 4 tahun berturut-turut di tanah Papua, sengaja di buat oleh TNI demi kepentingan
kelompok tertentu ? Semua menjadi refleksi kita bersama demi menyelamatkan
manusia Papua.
Mari kita melihat bersama
Kronologis penembakan terhadap
Pelajar Asli Papua selama 4 tahun
berturut turut.
Senin, 01 Juli 2013 sekitar pukul 14.00 WIT di kota Tiom
terdengar bunyi tembakan. Diketahui kemudian, tembakan berasal dari senjata aparat
keamanan (TNI). Tembakan itu berasal dari arah kebun seorang warga Popume,
Distrik Mukoni, Kabupaten Lani Jaya. Warga kampung segera berlari menuju asal
bunyi tembakan dan mereka menemukan seorang anak Pelajar perempuan Papua
berusia 11 tahun telah tewas akibat tembakan yang mereka dengar sebelumnya.
Anak perempuan itu bernama Arlince Tabuni. Dia anak seorang gembala sidang
(Pendeta) di Gereja Guneri yang bernama Yuni Tabuni.[1]
Pembunuhan trus
berlanjut di kabupaten Paniai dengan menewaskan 4 pelajar Papua.
Kamis 7 Desember 2014 Tragedi Paniai berdarah dimulai dari
kedatangan mobil Toyota Rush hitam bernomor polisi B2938CD, malam sekitar pukul
20.30 WIT di Bukit Togokutu, Kampung Ipakiye, Distrik Paniai Timur, Kabupaten
Paniai, Papua. Pada malam 7 Desember itu, anak-anak dan remaja Paniai tengah
berada di pos Natal.
Oknum yang diduga anggota TNI tersebut melewati jalan tanpa
menyalakan lampu.Padahal di daerah tersebut tidak ada lampu jalan. Jadi cukup
gelap. Kemudian para remaja itu memperingatkan untuk menyalakan lampu. Namun,
oknum anggota yang sampai saat ini tidak terungkap pelakunya tersebut tidak
terima karena diperingatkan para remaja untuk menyalakan lampu kendaraan.
Kemudia mereka melakukan penganiayaan dan menembak mati terhadap beberapa
Pelajar yang berada di pos Natal
tersebut. Nama-nama Korban pelajar
yang meninggal di tempat ialah Simon Degey, Apinus Gobay, Alfius Youw,
dan Yulian Yeimo.[2]
Pembunuhan trus
berlanjut di kabupaten Timika dengan menewaskan 2 pelajar Asli Papu
Kamis, 28 September 2015, polisi kembali tembak dua orang asli
Papua, yang masih berstatus pelajar. Korban adalah Kaleb Bagau (17) pelajar STM
Kuala Kencana dan Efrando Sobarek (17) pelajar SMK Petra Jl.Budi Utomo, Timika.
Keduanya tertembak sekitar pukul 19.00 WIT di kompleks Biak, Gorong-Gorong,
Timika. Kaleb Bagau tewas seketika, sedangkan Efrando masih kritis dan
dilarikan ke rumah sakit. Reaksi atas penembakan tersebut, mass melakukan
pembakaran di pasar Gorong-Gorong. Bahkan pos Brimob pengamanan areal Freeport
ikut dibakar massa yang marah. Sedangkan mobil pemadam kebakaran yang hendak
datang memadamkan api, turut dilempar massa. Timika dan Papua umumnya,
sepertinya tidak pernah luput dari penembakan terhadap orang Papua oleh aparat
keamanan Indonesia.[3]
Pembunuhan terus
berlanjut terhadapa Pelajar Asli Papua di Kabupaten Intan Jaya.
Sabtu,27 Agustus Kira-kira
pukul 11.30 siang ,waktu, di pertengahan jalan saat si korban pulang
bersama ke-5 teman-nya di hadang aparat brmob kompi C biak, yg bertugas di
intan jaya Aparat kepolisian dari satuan Brimob yang sedang bertugas di Intan
Jaya dikabarkan telah menembak mati dua orang pelajar atas nama Otinus Sondegau
(16) di Yokatapa dan Nope Belau, yang juga kena tembakan di tangan korban
tersebut merupakan Pelajar Papua asal Intan Jaya.[4]
****
Apa pun alasannya, mestinya aparat keamanan menggunakan
pendekatan kekeluargaan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi
di Papua. Polisi dan tentara tidak boleh menggunakan senjata negara untuk
membunuh orang Papua, yang saat ini adalah bagian dari Indonesia. Pendekatan
militerisme yang diterapkan di Papua tidak akan menyelesaikan masalah Papua.
Justru akan menimbulkan masalah yang lebih rumit. Ke depan perlu ada pendekatan
persuasif terhadap berbagai permasalahan yang terjadi di Papua.
Kalau ada orang Papua yang minum mabuk atau bikin masalah,
harus dipanggil dan diselesaikan dengan baik, bukan dengan cara menembak
mereka. Saat ini, setiap ada permasalahan aparat keamanan Indonesia terlalu
gampang memuntahkan peluru dari moncong bedil untuk membunuh orang Papua. Saya merasa
heran, mengapa aparat keamanan suka tembak orang Papua? Apakah orang Papua
harus dimusnahkan dari atas tanah mereka? Apa salah mereka? Bukankah Papua,
adalah tanah tumpah darah mereka? Mereka dilahirkan di tanah ini.
Tali pusar mereka dibenamkan di rahim tanah ini. Mengapa
mereka dibunuh? Kalau pemerintah dan aparat keamanan Indonesia tetap
memperlakukan orang Papua sebagai musuh yang harus dilenyapkan, maka jangan
heran kalau suatu hari nanti Papua akan merdeka.
Dengan membunuh orang Papua, sebenarnya Indonesia sendiri
mencabut nasionalis Indonesia di Papua. Bagaimana mungkin orang Papua merasa
bangga sebagai orang Indonesia kalau setiap hari mereka dibunuh? Indonesia
bilang Papua bagian dari NKRI, tetapi aparat keamanan Indonesia suka sekali
tembak mati orang Papua.
Apakah ungkapan cinta Indonesia terhadap orang Papua itu
diekspresikan melalui muntahan timah panas dari moncong senja? Indonesia bilang
orang Papua jangan bicara minta merdeka, tetapi tidak pernah memberikan rasa
aman kepada mereka. Penembakan dan pembunuhan terhadap orang Papua jelas-jelas
mengancam eksistensi orang Papua.
Orang Papua merasa tidak aman, bahkan terancam di atas
negerinya. Mereka merasa sedang dimusnahkan secara perlahan. Selama ini orang
Papua minta merdeka. takut punah kalau tetap bersama Indonesia. Setiap hari
mereka mati karena penyakit dan ditembak oleh aparat keamanan Indonesia. Orang
Papua pikir satu-satunya cara untuk terbebas dari kepunahan adalah berpisah
dengan Indonesia. Mereka mau merdeka dan membangun hidup aman dan sejahtera di
atas negerinya. Untuk aparat keamanan Indonesia, hentikan penembakan terhadap
orang Papua. Ingatlah bahwa cara untuk mempertahankan Papua tetap di dalam NKRI
bukan dengan senjata, tetapi dengan keadilan. Timor Leste adalah saksi sejarah
bahwa kekuatan militer bukan menjadi jaminan keutuhan NKRI. Jangan sampai Papua
seperti Timor Leste, merdeka karena ulah aparat keamanannya.
Penulis adalah Mahasiswa Papua Kuliah di Yogyakarta
[1] http://www.id.papua.us/2013/07/kronologi-penembakan-arlince-tabuni.html
[2] http://www.satuharapan.com/read-detail/read/kronologi-tragedi-berdarah-paniai-diungkap-ketua-adat
[3] Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/petruspitsupardijilung/di-timika-polisi-tembak-pelajar-orang-asli-papua_560a256fd27e61010d0d3368
[4] http://suarapapua.com/2016/08/27/brimob-tembak-mati-satu-warga-dan-satu-pemuda-dikabarkan-belum-ditemukan-sugapa/
1 comments:
sangat tepat orang papua di larang berpendidikn makanya harus dibunuh ' jika semua orang papua mengerti tentang penindasan z sasa indonesia akan tunduk kepada orang papua ' takutnya itu makanya indonesia menakuti2 kami degan mocong senjata '
kami tetap berbeda ko indonesia dan z west papua