photo anigifklll_zps3axosl7h.gif
» » Polisi Tembak Pelajar Orang Asli Papua

Polisi Tembak Pelajar Orang Asli Papua

Penulis By on Tuesday 30 August 2016 | 1 comment



Foto Ist: Paniai Berdarah



Oleh: Andreas M. Yeimo



Menghabiskan nyawa manusia tidak sesulit menciptakan dan mencetak manusia, tragedi terus terjadi diatas mimbar  kebebasan manusia Papua. Deret peristiwa pembunuhan pelajar Papua, yang terjadi dari tahun 2013, 2014,2015 dan 2016 merupakan, gagalnya Indonesia melindungi rakyat sipil terutama,  pelajar yang  sedang  mengenyam pendidikan di tanah Papua.

Mengapa Satuan Militer Indonesia tembak mati pelajar orang asli Papua? Apa generasi bangsa saat ini  yang sedang mengenyam pendidikan sangat tidak penting untuk untuk masa depan Bangsa? apakah rentetan peristiwa yang selam 4 tahun berturut-turut   di tanah Papua,  sengaja di buat oleh TNI demi kepentingan kelompok tertentu ? Semua menjadi refleksi kita bersama demi menyelamatkan manusia Papua.

Mari kita melihat bersama  Kronologis  penembakan terhadap Pelajar Asli Papua  selama 4 tahun berturut turut.

Senin, 01 Juli 2013 sekitar pukul 14.00 WIT di kota Tiom terdengar bunyi tembakan. Diketahui kemudian, tembakan berasal dari senjata aparat keamanan (TNI). Tembakan itu berasal dari arah kebun seorang warga Popume, Distrik Mukoni, Kabupaten Lani Jaya. Warga kampung segera berlari menuju asal bunyi tembakan dan mereka menemukan seorang anak Pelajar perempuan Papua berusia 11 tahun telah tewas akibat tembakan yang mereka dengar sebelumnya. Anak perempuan itu bernama Arlince Tabuni. Dia anak seorang gembala sidang (Pendeta) di Gereja Guneri yang bernama Yuni Tabuni.[1]

Pembunuhan trus  berlanjut di kabupaten Paniai dengan menewaskan 4 pelajar Papua.

Kamis 7 Desember 2014 Tragedi Paniai berdarah dimulai dari kedatangan mobil Toyota Rush hitam bernomor polisi B2938CD, malam sekitar pukul 20.30 WIT di Bukit Togokutu, Kampung Ipakiye, Distrik Paniai Timur, Kabupaten Paniai, Papua. Pada malam 7 Desember itu, anak-anak dan remaja Paniai tengah berada di pos Natal.

Oknum yang diduga anggota TNI tersebut melewati jalan tanpa menyalakan lampu.Padahal di daerah tersebut tidak ada lampu jalan. Jadi cukup gelap. Kemudian para remaja itu memperingatkan untuk menyalakan lampu. Namun, oknum anggota yang sampai saat ini tidak terungkap pelakunya tersebut tidak terima karena diperingatkan para remaja untuk menyalakan lampu kendaraan. Kemudia mereka melakukan penganiayaan dan menembak mati terhadap beberapa Pelajar yang berada di pos Natal  tersebut. Nama-nama Korban pelajar  yang meninggal di tempat ialah Simon Degey, Apinus Gobay, Alfius Youw, dan Yulian Yeimo.[2]

Pembunuhan trus  berlanjut di kabupaten Timika dengan menewaskan 2 pelajar Asli Papu
Kamis, 28 September 2015, polisi kembali tembak dua orang asli Papua, yang masih berstatus pelajar. Korban adalah Kaleb Bagau (17) pelajar STM Kuala Kencana dan Efrando Sobarek (17) pelajar SMK Petra Jl.Budi Utomo, Timika. Keduanya tertembak sekitar pukul 19.00 WIT di kompleks Biak, Gorong-Gorong, Timika. Kaleb Bagau tewas seketika, sedangkan Efrando masih kritis dan dilarikan ke rumah sakit. Reaksi atas penembakan tersebut, mass melakukan pembakaran di pasar Gorong-Gorong. Bahkan pos Brimob pengamanan areal Freeport ikut dibakar massa yang marah. Sedangkan mobil pemadam kebakaran yang hendak datang memadamkan api, turut dilempar massa. Timika dan Papua umumnya, sepertinya tidak pernah luput dari penembakan terhadap orang Papua oleh aparat keamanan Indonesia.[3]

Pembunuhan terus  berlanjut terhadapa Pelajar Asli Papua di Kabupaten  Intan Jaya.

Sabtu,27 Agustus Kira-kira  pukul 11.30 siang ,waktu, di pertengahan jalan saat si korban pulang bersama ke-5 teman-nya di hadang aparat brmob kompi C biak, yg bertugas di intan jaya Aparat kepolisian dari satuan Brimob yang sedang bertugas di Intan Jaya dikabarkan telah menembak mati dua orang pelajar atas nama Otinus Sondegau (16) di Yokatapa dan Nope Belau, yang juga kena tembakan di tangan korban tersebut merupakan Pelajar Papua asal Intan Jaya.[4]

****
Apa pun alasannya, mestinya aparat keamanan menggunakan pendekatan kekeluargaan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi di Papua. Polisi dan tentara tidak boleh menggunakan senjata negara untuk membunuh orang Papua, yang saat ini adalah bagian dari Indonesia. Pendekatan militerisme yang diterapkan di Papua tidak akan menyelesaikan masalah Papua. Justru akan menimbulkan masalah yang lebih rumit. Ke depan perlu ada pendekatan persuasif terhadap berbagai permasalahan yang terjadi di Papua.


Kalau ada orang Papua yang minum mabuk atau bikin masalah, harus dipanggil dan diselesaikan dengan baik, bukan dengan cara menembak mereka. Saat ini, setiap ada permasalahan aparat keamanan Indonesia terlalu gampang memuntahkan peluru dari moncong bedil untuk membunuh orang Papua. Saya merasa heran, mengapa aparat keamanan suka tembak orang Papua? Apakah orang Papua harus dimusnahkan dari atas tanah mereka? Apa salah mereka? Bukankah Papua, adalah tanah tumpah darah mereka? Mereka dilahirkan di tanah ini.

Tali pusar mereka dibenamkan di rahim tanah ini. Mengapa mereka dibunuh? Kalau pemerintah dan aparat keamanan Indonesia tetap memperlakukan orang Papua sebagai musuh yang harus dilenyapkan, maka jangan heran kalau suatu hari nanti Papua akan merdeka.

Dengan membunuh orang Papua, sebenarnya Indonesia sendiri mencabut nasionalis Indonesia di Papua. Bagaimana mungkin orang Papua merasa bangga sebagai orang Indonesia kalau setiap hari mereka dibunuh? Indonesia bilang Papua bagian dari NKRI, tetapi aparat keamanan Indonesia suka sekali tembak mati orang Papua.


Apakah ungkapan cinta Indonesia terhadap orang Papua itu diekspresikan melalui muntahan timah panas dari moncong senja? Indonesia bilang orang Papua jangan bicara minta merdeka, tetapi tidak pernah memberikan rasa aman kepada mereka. Penembakan dan pembunuhan terhadap orang Papua jelas-jelas mengancam eksistensi orang Papua.


Orang Papua merasa tidak aman, bahkan terancam di atas negerinya. Mereka merasa sedang dimusnahkan secara perlahan. Selama ini orang Papua minta merdeka. takut punah kalau tetap bersama Indonesia. Setiap hari mereka mati karena penyakit dan ditembak oleh aparat keamanan Indonesia. Orang Papua pikir satu-satunya cara untuk terbebas dari kepunahan adalah berpisah dengan Indonesia. Mereka mau merdeka dan membangun hidup aman dan sejahtera di atas negerinya. Untuk aparat keamanan Indonesia, hentikan penembakan terhadap orang Papua. Ingatlah bahwa cara untuk mempertahankan Papua tetap di dalam NKRI bukan dengan senjata, tetapi dengan keadilan. Timor Leste adalah saksi sejarah bahwa kekuatan militer bukan menjadi jaminan keutuhan NKRI. Jangan sampai Papua seperti Timor Leste, merdeka karena ulah aparat keamanannya.

Penulis adalah Mahasiswa Papua Kuliah di Yogyakarta


[1] http://www.id.papua.us/2013/07/kronologi-penembakan-arlince-tabuni.html

[2] http://www.satuharapan.com/read-detail/read/kronologi-tragedi-berdarah-paniai-diungkap-ketua-adat

[3] Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/petruspitsupardijilung/di-timika-polisi-tembak-pelajar-orang-asli-papua_560a256fd27e61010d0d3368

[4] http://suarapapua.com/2016/08/27/brimob-tembak-mati-satu-warga-dan-satu-pemuda-dikabarkan-belum-ditemukan-sugapa/
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya

1 comments:

Wenas Kobogau 10 September 2016 at 11:00

sangat tepat orang papua di larang berpendidikn makanya harus dibunuh ' jika semua orang papua mengerti tentang penindasan z sasa indonesia akan tunduk kepada orang papua ' takutnya itu makanya indonesia menakuti2 kami degan mocong senjata '

kami tetap berbeda ko indonesia dan z west papua