photo anigifklll_zps3axosl7h.gif
» » Presiden STOP Melakukan Pencitraan Ekonomi di Tanah Papua

Presiden STOP Melakukan Pencitraan Ekonomi di Tanah Papua

Penulis By on Sunday 23 October 2016 | No comments



Foto: Agus Pabika.

Oleh: Andreas M. Yeimo
 
Sudah hampir 2 tahun Jokowi menjadi nahkoda bagi kapal yang bernama NKRI. Sosok Jokowi yang fenomenal membuat banyak pihak tertarik untuk menilai pemerintahan Jokowi JK sepanjang tahun 2014-2016 ini.
pemerintahan Jokowi JK hanyalah pemerintahan yang penuh dengan pencitraan. Presiden berhenti melakukan yang namanya pencitraan. Presiden harusnya fokus pada hasil kerja bukan pada slogan “kerja, kerja dan kerja.” kebijakan Jokowi menurunkan BBM di Papua sampai angka 6000an merupakan pencitraan.


Para stek Holder sangat lelah dengan pencitraan yang bapak sudah lakukan dalam 2 tahun terakhir. Berikut akan saya paparkan pencitraan-pencitraan yang Pak Jokowi buat sampai stekholder merasa lelah.


Katanya Pak Jokowi mau meningkatkan ekonomi yang terpuruk, tapi nyatanya…???

Krisis ekonomi global yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2008 membuat ekonomi di berbagai negara termasuk Indonesia menjadi anjlok. Perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi tak bisa dibendung sejak tahun 2012. Sejak Pak Jokowi dilantik menjadi presiden, ekonomi memang sempat menurun. Tapi pada tengah tahun pertama 2016, ekonomi tidak hanya mengalami peningkatan, bahkan naik sampai mencapai level 5,04% (sumber: Keterangan Kepala Kantor Staf Presiden).


Saya yakin ini pasti ulah pencitraan Pak Jokowi yang ingin membuat kesan seolah-olah ekonomi membaik. Padahal, tidak hanya membaik, tapi tumbuh pesat. Jarang ada yang merasakan perbaikan di bidang ekonomi secara langsung.


Perbaikan ekonomi seharusnya dirasakan oleh pejabat-pejabat untuk jalan-jalan ke luar negeri dan foya-foya. Bukannya menaikan pertumbuhan ekonomi demi kebaikan rakyat banyak. Ah, Pak Jokowi gimana ?


Bapak Jokowi bisanya cuma membuat kebijakan tax amnesty. Ini jelas merugikan orang-orang super kaya yang menyembunyikan harta kekayaannya di negara-negara yang merupakan surga bebas pajak. Begitu kebijakan ini Bapak sahkan, mau tidak mau para konglomerat itu harus melaporkan semua simpanannya daripada merugi.


Apa jadinya? Ya pemasukan buat APBN semakin meningkat. Kementerian Keuangan sampai bilang kalau peningkatan anggaran karena tax amnesty membuat APBN 2017-2018 aman. Ini pasti trik supaya Pak Jokowi dikatakan hebat.


Harusnya kan dibiarkan saja supaya Pak Jokowi disayang sama orang-orang kaya, jadi Bapak punya lahan pemilih dari kalangan konglomerat kalau bapak maju lagi di pilihan presiden selanjutnya. Mereka pasti bisa bantu Bapak kalau begitu. Eh, Pak Jokowi tidak usah pikir soal itu? Bapak lebih memilih dibenci sama Singapura dan kalangan konglomerat demi menambah pundi-pundi pemasukan APBN. Saya yakin ini pencitraan.
Seandainya keputusan Bapak menghapus pungli hanya demi pencitraan. Saya semakin yakin kalau Bapak bukan pemimpin yang layak disenangi sama anak buah. Pungutan liar itu budaya, Pak. Dan sebagaimana layaknya sebuah budaya, Pungli harus dilestarikan.

Tapi apa yang Bapak lakukan? Bapak malah menghapus Pungli yang menjadi sampingan banyak lembaga pemerintahan, mulai kelas teri sampai kelas kakap.

Memangnya pungli cuma ada di pemerintahan Bapak saja? Tidak, Pak. Ini sudah tradisi turun temurun. Mungkin pemimpin-pemimpin sebelum Bapak tidak peduli dan membiarkan pungli dilakukan. Tapi Pak Jokowi malah ikut campur.


Bapak benar-benar tidak mempedulikan perasaan si penerima pungli. Apa alasan Bapak menghentikan pungutan liar ini? Supaya tidak ada penghambat laju ekonomi. Supaya bisnis semakin efisien dan kompetitif. Ah, lagi-lagi pencitraan.


Terus soal kesehatan dan pendidikan, Pak. Mana, katanya Presiden janji mau bikin 50.000 puskesmas, mana janjinya?

Ketika kita melihat lagi data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik dan Kementerian Keuangan, katanya Bapak berhasil meningkatkan anggaran kesehatan dari Rp 60 T jadi Rp 104 T, naik Rp 44 T. Cuma 44 T, Pak naiknya. Sedikit kan? Mana Puskesmas yang katanya mau dibangun sejumlah 50.000 itu? Wah, maaf, Pak,  lupa kalau membangun Puskesmas butuh kenaikan anggaran buat kesehatan.


Untuk pendidikan, katanya Bapak mau membangun sekolah-sekolah di tempat terpencil? Mana buktinya? Eh, lagi-lagi saya mengantongi data kalau Bapak berhasil menaikkan anggaran pendidikan dari Rp 375,4 T pada tahun 2014 menjadi Rp 416,6 T di tahun 2016.


Sudah dibangun belum sekolah-sekolahnya? kalau membangun itu juga membutuhkan dana dan kenaikan anggaran untuk pendidikan.

mana janji mau membuat Pertamina lebih hebat daripada Petronas? Bapak malah membuat Pertamina merugi Rp 800 miliar per tahun karena menurunkan harga BBM di Papua yang semula Rp 100 ribu menjadi Rp 6 ribu saja. Bapak malah suruh pertamina kreatif mencari sumber subsidi silang untuk menekan kerugian ini. Mana bisa kreativitas Pertamina menjadikannya lebih hebat dari Petronas?


Pak Jokowi  lebih mementingkan rakyat Papua sampai membuat kebijakan tidak populer. Harusnya kan Bapak lebih memihak Pertamina. Masa bodoh dengan rakyat Papua. Biarkan saja mereka terus mengeluhkan harga BBM sampai ratusan ribu. Peduli apa dengan perkembangan ekonomi di Papua? Kan lebih penting nama Bapak?


Soal politik. Kehidupan perpolitikan zaman Pak Jokowi tidak sehat. Banyak parpol yang dipecah-belah dan diintervensi oleh pemerintah sehingga tidak lagi demokratis.

Bapak tahu tidak, kinerja dan popularitas Bapak di mata rakyat membuat parpol yang dulu kukuh dalam koalisi oposisi pemerintahan Bapak jadi pecah belah. Satu per satu mereka mendekati Bapak dan meninggalkan tempat lamanya. Padahal dulu koalisi ini lebih kuat daripada koalisi yang Bapak bangun. Tapi lihat sekarang, Pak. Gara-gara Pak Jokowi, mereka tidak lagi kompak seperti dulu.

Maka jokowi Stop melakukan Pencitraan Terhadap rakyat Papua 

1.     Berhenti  melakukan pencitraan, Pak Jokowi.
2.     pencitraan Pak Jokowi yang tidak pro terhadap para mafia ekonomi.
3.     Berhenti pencitraan Pak Jokowi yang membangun infrastruktur di Indonesia menjadi kian pesat. 


Penulis Lepas, Tinggal di Yogyakarta



Baca Juga Artikel Terkait Lainnya