Foto: Agus Pabika.
Oleh: Andreas M. Yeimo
Sudah hampir 2 tahun Jokowi menjadi nahkoda bagi kapal yang
bernama NKRI. Sosok Jokowi yang fenomenal membuat banyak pihak tertarik untuk
menilai pemerintahan Jokowi JK sepanjang tahun 2014-2016 ini.
pemerintahan Jokowi JK hanyalah pemerintahan yang penuh
dengan pencitraan. Presiden berhenti melakukan yang namanya pencitraan.
Presiden harusnya fokus pada hasil kerja bukan pada slogan “kerja, kerja dan
kerja.” kebijakan Jokowi menurunkan BBM di Papua sampai angka 6000an merupakan
pencitraan.
Para stek Holder sangat lelah dengan pencitraan yang bapak
sudah lakukan dalam 2 tahun terakhir. Berikut akan saya paparkan
pencitraan-pencitraan yang Pak Jokowi buat sampai stekholder merasa lelah.
Katanya Pak Jokowi mau meningkatkan ekonomi yang terpuruk,
tapi nyatanya…???
Krisis ekonomi global yang melanda Amerika Serikat pada tahun
2008 membuat ekonomi di berbagai negara termasuk Indonesia menjadi anjlok.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi tak bisa dibendung sejak tahun 2012.
Sejak Pak Jokowi dilantik menjadi presiden, ekonomi memang sempat menurun. Tapi
pada tengah tahun pertama 2016, ekonomi tidak hanya mengalami peningkatan,
bahkan naik sampai mencapai level 5,04% (sumber: Keterangan Kepala Kantor Staf
Presiden).
Saya yakin ini pasti ulah pencitraan Pak Jokowi yang ingin
membuat kesan seolah-olah ekonomi membaik. Padahal, tidak hanya membaik, tapi
tumbuh pesat. Jarang ada yang merasakan perbaikan di bidang ekonomi secara
langsung.
Perbaikan ekonomi seharusnya dirasakan oleh pejabat-pejabat
untuk jalan-jalan ke luar negeri dan foya-foya. Bukannya menaikan pertumbuhan
ekonomi demi kebaikan rakyat banyak. Ah, Pak Jokowi gimana ?
Bapak Jokowi bisanya cuma membuat kebijakan tax amnesty. Ini
jelas merugikan orang-orang super kaya yang menyembunyikan harta kekayaannya di
negara-negara yang merupakan surga bebas pajak. Begitu kebijakan ini Bapak
sahkan, mau tidak mau para konglomerat itu harus melaporkan semua simpanannya
daripada merugi.
Apa jadinya? Ya pemasukan buat APBN semakin meningkat.
Kementerian Keuangan sampai bilang kalau peningkatan anggaran karena tax
amnesty membuat APBN 2017-2018 aman. Ini pasti trik supaya Pak Jokowi dikatakan
hebat.
Harusnya kan dibiarkan saja supaya Pak Jokowi disayang sama
orang-orang kaya, jadi Bapak punya lahan pemilih dari kalangan konglomerat
kalau bapak maju lagi di pilihan presiden selanjutnya. Mereka pasti bisa bantu
Bapak kalau begitu. Eh, Pak Jokowi tidak usah pikir soal itu? Bapak lebih
memilih dibenci sama Singapura dan kalangan konglomerat demi menambah
pundi-pundi pemasukan APBN. Saya yakin ini pencitraan.
Seandainya keputusan Bapak menghapus pungli hanya demi pencitraan.
Saya semakin yakin kalau Bapak bukan pemimpin yang layak disenangi sama anak
buah. Pungutan liar itu budaya, Pak. Dan sebagaimana layaknya sebuah budaya,
Pungli harus dilestarikan.
Tapi apa yang Bapak lakukan? Bapak malah menghapus Pungli
yang menjadi sampingan banyak lembaga pemerintahan, mulai kelas teri sampai
kelas kakap.
Memangnya pungli cuma ada di pemerintahan Bapak saja? Tidak,
Pak. Ini sudah tradisi turun temurun. Mungkin pemimpin-pemimpin sebelum Bapak
tidak peduli dan membiarkan pungli dilakukan. Tapi Pak Jokowi malah ikut
campur.
Bapak benar-benar tidak mempedulikan perasaan si penerima
pungli. Apa alasan Bapak menghentikan pungutan liar ini? Supaya tidak ada penghambat
laju ekonomi. Supaya bisnis semakin efisien dan kompetitif. Ah, lagi-lagi
pencitraan.
Terus soal kesehatan dan pendidikan, Pak. Mana, katanya
Presiden janji mau bikin 50.000 puskesmas, mana janjinya?
Ketika kita melihat lagi data yang dihimpun oleh Badan Pusat
Statistik dan Kementerian Keuangan, katanya Bapak berhasil meningkatkan
anggaran kesehatan dari Rp 60 T jadi Rp 104 T, naik Rp 44 T. Cuma 44 T, Pak
naiknya. Sedikit kan? Mana Puskesmas yang katanya mau dibangun sejumlah 50.000
itu? Wah, maaf, Pak, lupa kalau
membangun Puskesmas butuh kenaikan anggaran buat kesehatan.
Untuk pendidikan, katanya Bapak mau membangun sekolah-sekolah
di tempat terpencil? Mana buktinya? Eh, lagi-lagi saya mengantongi data kalau
Bapak berhasil menaikkan anggaran pendidikan dari Rp 375,4 T pada tahun 2014
menjadi Rp 416,6 T di tahun 2016.
Sudah dibangun belum sekolah-sekolahnya? kalau membangun itu
juga membutuhkan dana dan kenaikan anggaran untuk pendidikan.
mana janji mau membuat Pertamina lebih hebat daripada
Petronas? Bapak malah membuat Pertamina merugi Rp 800 miliar per tahun karena
menurunkan harga BBM di Papua yang semula Rp 100 ribu menjadi Rp 6 ribu saja.
Bapak malah suruh pertamina kreatif mencari sumber subsidi silang untuk menekan
kerugian ini. Mana bisa kreativitas Pertamina menjadikannya lebih hebat dari
Petronas?
Pak Jokowi lebih
mementingkan rakyat Papua sampai membuat kebijakan tidak populer. Harusnya kan
Bapak lebih memihak Pertamina. Masa bodoh dengan rakyat Papua. Biarkan saja
mereka terus mengeluhkan harga BBM sampai ratusan ribu. Peduli apa dengan
perkembangan ekonomi di Papua? Kan lebih penting nama Bapak?
Soal politik. Kehidupan perpolitikan zaman Pak Jokowi tidak
sehat. Banyak parpol yang dipecah-belah dan diintervensi oleh pemerintah
sehingga tidak lagi demokratis.
Bapak tahu tidak, kinerja dan popularitas Bapak di mata
rakyat membuat parpol yang dulu kukuh dalam koalisi oposisi pemerintahan Bapak
jadi pecah belah. Satu per satu mereka mendekati Bapak dan meninggalkan tempat
lamanya. Padahal dulu koalisi ini lebih kuat daripada koalisi yang Bapak
bangun. Tapi lihat sekarang, Pak. Gara-gara Pak Jokowi, mereka tidak lagi
kompak seperti dulu.
Maka jokowi Stop melakukan Pencitraan Terhadap rakyat Papua
1.
Berhenti
melakukan pencitraan, Pak Jokowi.
2.
pencitraan
Pak Jokowi yang tidak pro terhadap para mafia ekonomi.
3.
Berhenti
pencitraan Pak Jokowi yang membangun infrastruktur di Indonesia menjadi kian
pesat.
Penulis Lepas, Tinggal di Yogyakarta