Judul : Anggrek Hitam yang Layu: Kisah Cinta Nyata
Penulis : Vitalis Goo
Tahun Terbit : 2014
Tebal : Vii+166
Buku "Anggrek Hitam yang Layu" mengungkapkan kisah cinta nyata si Selpina pujaan hatinya Vitalis yang memutuskan jalinan cinta. Malam itu 30 Januari 2012, kekecewaan melingkupi diri Vitalis. Seperti dunia ini tiada arti baginya. Gadis yang sangat dia cintai sepenuh hatinya telah pergi. Yang tersisa adalah kenangan-kenangan pahit dan manis yang mereka lalui bersama selama lima tahun proses pacaran.
Harapan Vitalis agar kelak menjadi teman hidup selamanya telah sirna. Sayang gadis itu telah pergi dan berlalu meninggalkan luka goresan di dadanya. Kesetiaan dan penantiannya berlalu dalam kesia-siaan belaka. Tetapi di sini pula Vitalis memperoleh nilai yang tiada duanya: berani menerima kenyataan dengan prinsip hidup Aku adalah aku.
Penulis novel ini, Vitalis Goo, lahir di Kampung Mauwa-Dogiyai-Papua, pada tanggal 28 Desember 1985. Menyelesaikan Sarjana Ilmu Politik dari Universitas Wahid Hasyim Semarang, pada jurusan Hubungan Internasional (2008).
Ia pernah menerbitkan beberapa novel. Tanah Perkabungan: Tetes-tetes Air Mata di Rantauan (Paradise Press, 2008), Belahan Jiwa tak serupa Impian: Kisah cinta seorang mahasiswa di Jayapura dalam Pengembaraan Menemukan Teman Hidup sejati (Pilar Media 2012), Pintu Menuju Neraka: Sebuah Pertengkaran Peradaban (Pilar Media, 2012).
Selain novel, ia bersama kawan-kawannya menerbitkan sebuah buku berjudul: Dogiyai Berdarah: Tindakan Militer Aparat Polisi dan Brimob di Moanemani Kabupaten Dogiyai (Pilar Media, 2012) dan buku Warisan Budaya Suku Mee: Daa dan Diyo Dou, siap diterbitkan.
Vitalis Goo, dalam bukunya, tidak berupaya untuk membuat suatu masalah yang baru, tetapi si anggrek hitam yang layu dari tamannya dan disiram kembali oleh sahabat-sahabatnya agar bermekar kembali seperti semula di taman sahabat-sahabatnya.
Novel "Angrek Hitam yang Layu" menceritakan sebuah kisah cinta nyata dari Vitalis Goo sekaligus penulis buku. Pendek ceritanya saya kutip sebagai berikut.
Tertarik dari rasa tertarik kepada lawan jenis, akhirnya aku sebagai pria, aku memberanikan diri untuk mengirim sepucuk surat cinta kepada seorang gadis bernama Selpina Tebai sejak pertengahan tahun 2004. Saat itu usiaku menjelang 19 Tahun terhitung sejak aku dilahirkan oleh ibuku di dunia ini.
Sebenarnya keinginanku untuk mengenal gadis itu lebih dekat memuncak ketika aku mendengar dunia cinta teman-temanku. Melalui kisah cinta teman-temanku itulah aku lebih terdorong untuk mengutarakan isi hatiku lewat bahasa tulisan kepada Selpina. Seminggu kemudian, Selpina pun membalas surat yang berisi kesediaannya untuk memulai sebuah kisah yang memberi kebahagiaan terindah bagiku dan baginya.
Kami saling kirim dan balas isi hati kami melalui surat menyurat hingga aku menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di kota Jayapura enam bulan kemudian.
Mulailah aku berharap, gadis itu akan setia denganku, tak ada ungkapan cinta yang sempat keluar dari bibirku kepada gadis-gadis lain walau aku melanjutkan kuliah di tanah Jawa. Aku hanya sering menelepon dari wartel (Warung Telepon), sebab hatiku hanya untuknya. Untuk Selpina yang telah memancarkan berkas-berkas cahaya cintanya padaku.
Ketika aku menjumpainya di kampung halamanku pertengahan tahun 2006, aku meminta gadis itu menungguku satu dua tahun kedepan, sebab aku harus kembali ke kota studiku untuk kuliah beberapa semester lagi. Gadis itu pun berjanji akan menungguku setia di kampung.
Namun, kenyataannya berkata lain. Gadis hitam manis yang pernah aku kenal itu dikabarkan telah menikah dengan pria lainnya sejak pertengahan tahun 2007. Kini aku kembali seperti semula, meniti hari-hari hidupku tanpa seorang kekasih yang menjadi dambaan hatiku. Tetapi aku merasa dunia masih luas. Bahwa tentunya ada gadis yang menjadi pacarku sebab usiaku masih muda. Aku tetap diriku dan mereka akan tetap menjadi diri mereka.
Menariknya isi buku ini yaitu bagaimana penulis bisa menceritakan ulang pengalamannya sendiri yang ia telah lewati di beberapa tahun silam sesuai dengan fakta yang terjadi .
Novel ini sangat baik digunakan oleh siapa saja yang berminat untuk membaca, karena ia banyak membagi pengalaman hidupnya dalam bentuk tulisan novel, dalam beberapa tahun yang ia lalui bersama kekasihnya yang telah diambil oleh orang lain di 'bumi manusia'.
Novel ini mengungkapkan sejarah singkat akan pahit-manisnya hidup yang telah ia lalui dari tahun 2004 sampai 2012.
Saya menangkap, novel ini akhirnya mengharapkan pembaca agar berani menerima konsekwensi dari semua yang dijalani dalam proses menjalin hubungan cinta, dengan menawari prinsip hidup "Aku adalah aku."
Sumber Berita: http://majalahselangkah.com/content/-anggrek-hitam-yang-layu
Andreas M. Yeimo, mahasiswa Papua, kuliah di Yogyakarta.