photo anigifklll_zps3axosl7h.gif
» » » Pendidikan Berbasis Budaya di Papua

Pendidikan Berbasis Budaya di Papua

Penulis By on Friday, 31 October 2014 | No comments

Foto: Pelajar Papua mengenakan Khasana Budaya, di Lingkungan Sekolah



Oleh: Andreas  M. Yeimo 

Pendidikan di Papua harus di wujudkan dengan cara berbasis  budaya,  kerena Pendidikan berbasis budaya sangat penting.  Dilihat pada Zaman sekarang, kehiupan orang Papua khususnya suku  Mee,  sudah melupakan budaya. Arus modernisasi  telah mengancam budaya kita, dengan melihat dari pengalaman di kampus maupun di sekolah yang berada di pulau Jawa,  Pemerintah Daerah, maupun pemerintah Swasta  di pulau Jawa terlebih khusus di  Yogyakarta,  telah membangun program berupapendidikan berbasis budaya, contoh mata kuliah atau mata pelajaran berbahasa daerah. Disamping itu pulah kita bisa melihat  dari  contoh para pejuang serta  pemimpin tokoh Dunia, contohnya Mohandas  Gandhi, Che Guevara, karena perjuangan mereka sangat mendasar pada budaya dan para tokoh tersebut bisa membebaskan masyarat setempat, tanpa meninggalkan budaya masyarakat pribumi setempat.

Ketika kita mau mencari ilmu dimana tempat kita merantau, tidak hanya melalui pendidikan saja tetapi,  bisa melalui jalur pengalaman kita, dan pelatihan-pelatihan khusus yang ada. Sebagi contoh: salah seorang wanita Indonesia yang baru terpilih menjadi mentri  Susi Pudjiastuti  hanya memiliki ijazah SMP. Setamat SMP ia sempat melanjutkan pendidikan ke SMA. Namun, di kelas II SMAN Yogyakarta dia berhenti sekolah karena dikeluarkan dari sekolah lantaran keaktifannya dalam gerakan Golput. Hingga sekarang dia bisa menjadi mentri karena pengalaman yang ia miliki dalam dunia bisnis. (baca:http://www.tribunnews.com/nasional/2014/10/26/profil-menteri-kelautan-dan-perikanan-susi-pudjiastuti).

****
Ketika kita memandang pendidikan dengan arah Otonomo Khusus (Otsus) yang di terapkan di Papua oleh  pemerintah pusat melalui Undang-Undang (UU), pendidikan barbasis budaya,  yang seharusnya Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)  dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), bisa mensosialisaikan dan bisa di terapkan kepada masyarakat pribumi setempat melalui lembaga-lembaga pendidikan yang ada dan sekolah yayasan yang  ada di daerah setempat.

Ketika Pemerintah daerah setempat membisu untuk  menerapkkan pendidikan berbaisis budaya , maka muncullah berbagai paham dari arah barat yang masuk  menguasai di Bumi Papua untuk membunuh budaya masyarakat pribumi, melalui misi-misi khusus dari Agama meraka yaitu  ada  dua  misi dari Agama yang mereka terapkan  pertama  secara  terang-terangan  contohnya pewartaan Firman Allah dan misi yang  kedua yaitu secara tertutup untuk mengeksploitasi  sumber daya alam dan Sumber Daya Manusia.

****
Ada beberapa poin-poin yang kita bisa ambil dan terapkan dalam pendidikan berbasis budaya dimasa kini, maupun masa yang akan datang  yaitu:
Pertama: Kita bisa  belajar budaya dari luar papua tetapi itu kita juga harus belajar budaya  kita sendiri sebagai orang papua karena di masa dahulu hingga kini kita memiliki banyak ketertinggalan sejarah,  itulah yang harus kita jadikan buku, lalu buku tersebut  terapkan terutama di bagian pendidikan.

Kedua: budaya kita seagai Suku Mee akan bertentangan dengan sistem Indonesia yang sementara ini kita  terapkan dalam pendidikan berbasis budaya di kalangan suku mee agar supaya budaya kita tidak terpunah maka kita harus  mulai menerapkan sistem pendidikan berbasis budaya dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) kita harus terapkan melalui PAUD melalui  beberapa sistem yang berada di lembaga kita.

Ketiga: Tidak ada budaya diluar manusia, budaya ada didalam diri kita masing-masing, budaya  itu tidak bisa dihancurkan kecuali manusia meninggal  baru budaya itu akan hilangdan hancur maka kita harus menjaga budaya kita baik demi jati diri kita sendiri dan generasi penerus kita masa depan Papua.

Keempat:  Norma-norma yang berlaku dalam kehidupan kita terlebih khususnya budaya kita itu bagaimana, penerapan orang tua mengajar anaknya untuk memahami budaya  dan bagaimana kita ajarkan kepada orang lain yang belom memahami budaya serta bagaimana kita amalkan kepada diri kita masing-masing.

Kelima: Kita akan berhasil menerapakan pendidikan berbasis budaya ketika kita bekerja di luar dari kaki tangan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, karena di papua budaya ajar kita untuk kasih makan, seperti  hal kehidupan kita masih tergantung  pada alam ketika kaum kapitalisme masuk  mereka kasih putus kehidupan kita  dengan cara memberikan makanan secara seenaknya.  kapitalisme menguasai  di tanah Papua kaum pribumi kalah dengan sistemnya budaya lokal yang sudah ada dan kaum kapitalisme  menang karena pakaian hasil pabrik sudah di pakai di bandingkan koteka sudah hilang.

Kita tidak punya harapan untuk membangun pendidikan berbasis budaya dengan melihat dari pengalaman masa lalu hingga kini,  ketika kita bangun sekolah sisitem budaya di papua para penjajah bisa menghacurkan ide kami melalui, utusan-utusan dari bin, intel, dan pemerintah sendiri  akan menghancurkan kita punya sistem yg sedang dibangun.

Maka kita harus  memperkuat  lembaga YPPGI yang ada di tanah Papua  karena lembaga  YPPGI hanya ada di papua tidak ada di seluruh Indonesia. Dan yang akan jadi guru harus kita anak papua yang mengerti dengan sistem penddikan berbasis budaya, ketika orang luar dari papua yang datang mengajar maka,  sama saja pendidikan sistem budaya akan kembali punah di telang oleh orang tak dikenal OTK.

****
Hasil diskusi kali ini akan di tindak lanjuti di IPMANAPANDODEI Yogyakarta_Solo dan sejawa Bali, setelah di tindak lanjuti hasil diskusi, maka akan dibuat sebuah permohonan,  berupa tulisan dan akan di tindak lanjtuti ke pemerintah daerah agar supaya, bisa membangun salah satu sistem pendidikan yang berbasis budaya di kalangan suku MEE di antaranya Nabire, Paniai Dogiyai dan Deiya dan Kabupaten lain yang berada di WEST PAPUA.

“Budaya ku Sayang, Buadayaku Malang, Jangan Sekali-kali Lupakan Budaya Kita”

Penulis adalah, Mahasiswa Papua Kuliah di Yogyakarta.


Referensi:
             1.       Hasil diskusi IPMADEI Ikatan Pelajar Mahsiswa Deiyai Yogyakarta (IPMADEY) Hari:kamis 30-10-2014, Tempat Asrama Deiyai (ASDEY).

             2.      http://www.tribunnews.com/nasional/2014/10/26/profil-menteri-kelautan-dan-perikanan-susi-pudjiastuti



Baca Juga Artikel Terkait Lainnya