photo anigifklll_zps3axosl7h.gif
» » Gus Dur Guru Papua

Gus Dur Guru Papua

Penulis By on Saturday, 20 December 2014 | No comments





Judul                   :    Gus Dur Guru Papua

Penulis                :    Titus Pekei

Tahun Terbit        :    2014

Tebal Halaman     :    xxviii+300

Penerbitan            :    PT. Suara Harapan Bangsa


Buku "Gus Dur Guru Papua" adalah buku kenangan dari masyarakat adat Papua  untuk guru bangsa. Bila kita mengikuti masa kepresidenan Abdulrahman Wahid yang singkat ( 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001), bangsa ini pantas menyebut Gus Dur sebagai guru sebagai “bapak  demokrasi Indonesia.” Karena dalam diri Gusdur ada nilai-nilai plurualisme, cultural, toleransi, pendamai, pemersatu, sekaligus pembebas. Kesimpulan itu bukan dari sudut pandang subjektif namun dari sudut pandang yang lebih objektif karena beliau memang mempunyai jiwa membangun bangsa.

Titus Pekei, putra asli Papua. Dilahirkan di meuwo pedalaman pegunungan di Tanah Papua, tepatnya di Pinggir Danau Tigi, Kabupaten Deiyai. Dia menyelesaikan pendidikan secara berjenjang di Sekolah Dasar Inpres, ekolah Menengah Pertama YPPK Santo Fransisikus Xaverius di Wakeitei serta SMA YPPK Teruna Bakti Jayapura, ia melanjutkan studi di Fakultas  Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, (2012/2013) selesai dengan predikat Excelent. Studi Pasca Sarjananya diselesaikan dari Jurusan Perencanaan, Program Studi Ilmu Lingkunagan, Kajian Hukum Lingkungan Universitas Indonesia, 2006/2007 dengan predikat Cumlaude.

Dia merupakan pendiri dan Ketua Lembaga Ekologi Papua serta aktif di berbagai organisasi akademis, kemasyarakatan dan pemerintahaan di Jakarta maupun daerah. Ia sering diundang menjadi peserta, moderator dan narasumber dalam berbagai kegatan ilmiah. Ia juga aktif sebagai Pendiri dan Pembina Buletin Cermin Papua, 2009.
Karirnya Juga dihabiskan sebagai pengajar tidak tetap di beberapa perguruan tinggi di Papua dan Jakarta serta sebagai peneliti Warisan Budaya Takbenda dan Peneliti Ekologi Papua. Saat ini dia dia sedang proses menjadi Dosen Tatap di Universitas Pancasila Jakarta.

Naskah yang pernah disusun antara lain, Manusia Mee di Papua 2008; Mepoya, Inii Umi-Tou Teta Nitopai (Allah, Ajarilah Kami Cerita Kehidupan), 2010; Pengatur Rakyat Indonesia, Adil, Aman dan Sejahtra, 2010 Otsus Papua Untuk Siapa, 2009, Gus Dur Guru Papuani, 2010. Dan berbagai makalah akademis dan non-akademis. Berikat ini isi kutipan buku yang berjudul Gu Dur Guru Papua.

Guru bangsa seperti Gus Dur memang “dinilai aneh” segala kebijakannya dianggap berani. Bangsa Indonesia menyaksikan sendiri kepiaiawaian Gus Dur sebagai guru bangsa yang tak ada duannya di Indonesian, pada khususnya dan dunia pada umumnya. Khususnya bagi warga bangsa dalam alam pikiran masyarakt adat tanah Papua, Presiden Keempat Republik Indonesia ini memiliki sikap keberpihakkan dialogis dan manusiawi tanpa melahirkan kebijakan progmatis represif-militeristik.

Kala dia menghadiri acara menyongsong Tahun Baru 1 Januari 2000 bersama masyarakat tanah papua di kota Jayapura dalam penutupan abad ke-20 pada 31 Desember 1999. Disana Gus Dur mengeluarkan sebuah kebijakan berani dengan mengembalikan nama Irian Jaya menjadi Papua.

Kebijakan berani Gus Dur di tetapkan secara yuridis formal melalui UU 21/2001 tentang Otonomi Khusus (otsus) Bagi Provinsi Papua sekalipun UU itu di tetapkan oleh penggantinya Presiden Megawati Soekarnoputri.
Maslah masalah tanah Papua yang sejak 19 Desember 1961 terbungkam, akhirnya terbuka. Bukan hannya terbuka bagi rakyat Papua tapi juga sangat berguna bagi kejayaan bangsa Indonesia.

Tangisan ketika mendengar kabar bahwa Presiden Republik Indonesia IV KH. Abdurrahman Wahid telah meninggal dunia. Namun apa yang ditinggalkan akan menjadi semangat penerus pemimpin bangsa dan warganya.

Menarik isi buku ini yaitu tidak sekedar ingin mengenang Sang guru Papua” tetapi lebih jauh lagi sebuah protes akan kerinduan untuk melihat Papua yang damai, tentram, makmur  dan berkeadilan.

Buku yang ada dihadpan pembaca ini tidak hanya memberikan kenangan masyarakt Papua akan sosok Gus Dus, namun juga sebagi pengetuk hati terhadap pemerintah saat ini untuk lebih berpihak dan menyapa kembali masyarakat papua dengan pendekatan kemanusiaan dan keadilan.

Saya menanggapi buku ini semoga dengan semangat  Gus Dur yang telah merubah nama Irian Jaya menjadi Papua kita buka ruang Demokrasi dan Penghormatan Hak Asasi Manusia (HAM) di tanah Papua. Satukan barisan untuk menyuarakan ketidak adilan di tanah Papua.      “Melawan Lupa.”

Andraes M. Yeimo Mahasiswa Papua Kuliah di yogyakarta
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya