photo anigifklll_zps3axosl7h.gif
» » Tolak Kehadiran Militer dalam PAUD di Tanah Papua

Tolak Kehadiran Militer dalam PAUD di Tanah Papua

Penulis By on Thursday, 29 January 2015 | No comments





Oleh: Andreas M. Yeimo

Sebelum melihat kehadiran militer dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), penulis ingin menjelaskan beberapa pengetian kata dasar yaitu Sistem, Pendidikan, dan Militer.

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, kata sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu systema yang berarti  cara atau strategi. Dalam bahasa Inggris, sistem berarti system, jaringan, susunan, cara. Sistem juga diartikan sebagai suatu strategi atau cara berpikir.

Kata Pendidikan adalah suatu strategi atau cara yang akan dipakai untuk melakukan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar para pelajar dapat secara aktif memahami apa yang disampaikan oleh gurunya.Kata Militer adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI), organisasinya yang merupakan kekuatan bersenjata dan yang harus menjaga dan mengamankan kedaulatan negara.

***

Di beberapa pelosok pedalaman Papua, di sana ada beberapa personil TNI dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang sedang mengajar di beberapa daerah, misalnya di pesisir pantai Papua, yaitu di Biak bagian kampung, dan di pegunungan Papua yaitu di kabupaten Puncak Jaya.

Beberapa orang Papua memandang bahwa tidak salah, jikalau TNI dan Polri mengajar di tanah Papua. Karena tiap tahun walaupun ratusan bahkan ribuan mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan di jenjang  studi S1, S2 dan S3. 

Semua mahasiswa Papua maunya mencari kepentingan dan kesejahteraan pribadi dengan tidak menjadi guru. Padahal, guru sangat dibutuhkan dibandung profesi lain di Papua.

Memang sangat benar faktanya bahwa banyak mahasiswa Papua yang sudah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi sudah malas untuk mengajar di tanah airnya sendiri. Tetapi jika dilihat dampak dan efeknya, sangat membahayakan, bila generasi muda Papua yang berpendidikan tidak kembali perhatikan PAUD.

Bayangkan bila PAUD di Papua ditangani militer seperti sekarang. Bagi anak-anak, apa yang mereka lihat mereka perbuat langsung. Maka pada dasarnya harus ditanamkan dengan sistem pendidikan yang ada agar anak usia dini tidak terpengaruh oleh sistem militerisme.

***

Pendidikan dan militer memiliki sistem, tujuan dan fungsi yang berbeda. Mereka berada di bawah satu payung besar yaitu negara.  Ketika kita berbicara masalah organisasi, ada Visi dan Misi. Mereka juga punya sistem yang berbeda. Pendidikan punya sitem pendidikan sesuai perkembangan usia dan tingkatan pengetahuan. Juga dengan sistim Militerisme.

Ketika militer menjadi guru, maka bisa jadi sitem militerlah yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar, sementara pendidikan anak-anak punya sistemnya sendiri. Militer berpotensi menjadikan anak Papua menjadi sama wataknya dengan militer. Maka sudah sepantasnya, militer yang menjadi guru di Papua harus ditolak, karena akan merusak pembentukan manusia Papua melalui sistem pendidikan yang telah ada.

Kita harus tahu fungsi pendidikan dan militer. Militer bukan untuk mengajar, melainkan untuk mengamankan negara. Begitu pun dengan sistem pendidikan, bukan untuk mengamankan Negara, melainkan mendidik seorang anak agar mampu dan memahami nilai-nilai pendidikan, agar menjadi garam dan terang bagi sesamanya dalam dunia modern ini.

***

Harapan dan impian tak kunjung terealisasi melalui fakta dalam hidupku, di atas tanah air Papua yang tercinta. Berbagai macam masalah harus kutempuh dan kuperjuangkan. Entah itu masalah pendidikan, perekonomian, kesehatan, dan masih ada banyak lagi.

Harapan kita ada pada anak muda Papua yang akan mengenyam pendidikan dengan baik, melalui sistem pendidikan yang baik, yang diajar oleh guru yang profesional, bukan oleh militer.

Pemerintah Papua melalui Dinas Pemuda dan Olah Raga baik itu Provinsi, Kabupaten/kota dan Distrik harus menyekolahkan anak-anak Papua yang masih menganggur dan tidak bersekolah di tanah air Papua.

Pemerintah juga beri beasiswai mahasiswa yang akan jadi guru, agar mereka benar menjadi guru profesional, untuk kembali ke tanah Papua, mengajar, mencerdaskan kehidupan orang Papua. Dengan semakin banyaknya guru yang berkualitas, maka dominasi militer dalam dunia pendidikan, khususnya PAUD di Papua akan semakin berkurang.

Dan itu akan jadi langkah maju untuk bangsa Papua.

Penulis adalah mahasiswa Papua, kuliah di Yogyakarta.



Baca Juga Artikel Terkait Lainnya